Presiden Jokowi dalam KTT ASEAN sumber : http://www.rri.co.id/ |
Wilayah
Indonesia terdiri atas pulau besar dan
kecil yang dihubungkan oleh selat dan laut, hal ini menyebabkan sarana
pelayaran merupakan lalu lintas utama penghubung antarpulau. Pelayaran ini
dilakukan dalam rangka mendorong aktifitas perdagangan. Hubungan internasional
antara Indonesia dengan bangsa-bangsa di Asia Barat, Asia Selatan, dan Cina
sudah tercipta sejak lama. Hubungan internasional itu terjadi karena Indonesia
memiliki posisi yang strategis dalam jalur perdagangan internasional. Jalur
perdagangan yang mayoritas digunakan untuk perdagangan internasional adalah
jalur perdagangan melalui laut yang dikenal dengan Jalur Emas. Sejarah
menunjukkan bahwa pada masa lalu, Indonesia memiliki pengaruh yang sangat
dominan di wilayah Asia Tenggara, terutama melalui kekuatan maritim besar di
bawah Kerajaan Sriwijaya dan kemudian Majapahit. Nenek moyang bangsa Indonesia
telah memahami dan menghayati arti dan kegunaan laut sebagai sarana untuk
menjamin berbagai kepentingan antarbangsa, seperti perdagangan dan komunikasi.
Letak geografis dan sejarah kemaritiman
Indonesia tersebut sejalan dengan visi Pemerintah Indonesia kini untuk menjadi
negara poros maritim dunia. Presiden Joko Widodo memaparkan visi Indonesia
tersebut di ajang KTT Asia Timur di Nay Pyi Taw, Myanmar, Kamis 13 November
2014. Dalam pidatonya, presiden menyampaikan lima pilar utama untuk mewujudkan
Poros Maritim Dunia, berikut cuplikan pidato tersebut :
Pertama, kami akan membangun kembali budaya
maritim Indonesia. Sebagai negara yang terdiri dari 17 ribu pulau, bangsa
Indonesia harus menyadari dan melihat dirinya sebagai bangsa yang identitasnya,
kemakmurannya, dan masa depannya, sangat
ditentukan oleh bagaimana kita mengelola samudera.
Kedua, kami akan menjaga dan mengelola
sumber daya laut, dengan fokus membangun kedaulatan pangan laut, melalui
pengembangan industri perikanan, dengan menempatkan nelayan sebagai pilar utama.
Kekayaan maritim kami akan digunakan sebesar-sebesarnya untuk kepentingan
rakyat kami.
Ketiga, kami akan memberi prioritas pada
pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim, dengan membangun Tol Laut,
deep seaport, logistik, dan industri perkapalan, dan pariwisata maritim.
Keempat, melalui diplomasi maritim, kami
mengajak semua mitra-mitra Indonesia untuk bekerjasama di bidang kelautan ini.
Bersama-sama kita harus menghilangkan sumber konflik di laut, seperti pencurian
ikan, pelanggaran kedaulatan, sengketa wilayah, perompakan, dan pencemaran
laut. Laut harus menyatukan, bukan memisahkan, kita semua.
Kelima, sebagai negara yang menjadi titik
tumpu dua samudera, Indonesia memiliki kewajiban untuk membangun kekuatan
pertahanan maritim. Hal ini diperlukan bukan saja untuk menjaga kedaulatan dan
kekayaan maritim kami, tetapi juga sebagai bentuk tanggungjawab kami dalam
menjaga keselamatan pelayaran dan keamanan maritim.
Cita-cita dan agenda di atas akan menjadi
fokus Indonesia di abad ke-21. Indonesia akan menjadi Poros Maritim Dunia,
kekuatan yang mengarungi dua samudera, sebagai bangsa bahari yang sejahtera dan
berwibawa.
PEMBANGUNAN TOL LAUT
Rancangan TOL LAUT sumber : http://finance.detik.com/ |
Gagasan
terbesar menuju poros maritim dunia adalah dengan membangun tol laut. Tol laut
bukanlah jalan aspal di atas laut. Melainkan, sistem jalur distribusi logistik
menggunakan angkutan kapal barang dengan rute terjadwal dari ujung barat hingga
timur dan dari utara ke selatan Indonesia.
Untuk
menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia melalui konsep tol laut,
pemerintah sudah menyusun rencana pembangunan melalui Rencana Jangka Menengah
Pembangunan Nasional (RPJMN) 2014-2019. Pemerintah akan melakukan pembangunan
dan pengembangan 24 pelabuhan strategis yang terintegrasi dalam konsep tol laut,
dan juga pembelian 609 kapal. Sebanyak 24 pelabuhan tersebut adalah pelabuhan
Banda Aceh, Belawan, Kuala Tanjung, Dumai, Batam, Padang, Pangkal Pinang,
Pelabuhan Panjang, Tanjung Priok, Cilacap, Tanjung Perak, Lombok, Kupang,
Pontianak, Palangkaraya, Banjarmasin, Maloy, Makassar, Bitung, Halmahera,
Ambon, Sorong, Merauke, dan Jayapura.
Jalur
tol laut tersebut nantinya akan menghubungkan Afrika, Hindia, hingga Asia
Timur. Pintu masuk penting dari jalur tersebut ada di Indonesia yaitu Selat
Malaka, Selat Sunda, Selat Lombok dan Pulau Wetar. Dalam konsep sementara tol
laut, pemerintah ingin membatasi keterlibatan kapal asing dalam pendistribusian
logistik. Pemerintah hanya akan membuka dua pelabuhan bagi kapal asing di dua
pelabuhan hub-internasional, yakni Pelabuhan Kuala Tanjung dan Bitung.
PEMBERANTASAN ILEGAL FISHING, KEKUATAN PERTAHANAN MARITIM
Pilar kedua untuk mewujudkan Poros
Maritim Dunia adalah menjaga dan mengelola sumber daya laut. Salah satu
upayanya adalah dengan pemberantasan ilegal
fishing. Kejahatan illegal fishing
yang dilakukan oleh ribuan kapal asing terus saja marak terjadi. Data Badan
Pemeriksa Keuangan (2013) menunjukkan, potensi pendapatan sektor perikanan laut
kita jika tanpaillegal fishing mencapai Rp. 365 triliun per tahun. Namun,
akibat illegal fishing, menurut hitungan Kementerian Kelautan dan Perikanan
(2011), pendapatan tersebut hanya berkisar Rp. 65 triliun per tahun. Jadi
ratusan triliun rupiah devisa negara hilang setiap tahun.
Presiden Jokowi telah
memerintahkan aparat terkait untuk menenggelamkan kapal nelayan asing yang
melakukan pencurian ikan di wilayah perairan Indonesia.
Berbagai
persiapan sudah disiapkan untuk mewujudkan agenda rencana Indonesia menjadi
poros maritim dunia. Diantaranya membentuk Menteri Koordinator Kemaritiman yang
khusus mengelola potensi maritim di Indonesia. Tak hanya mengelola, menjaga
wilayah laut Indonesia juga menjadi fokus utama. Untuk penjagaan, Kementerian
Pertahanan tengah menyiapkan alat utama sistem pertahanan (alutsista) baru,
salah satunya kapal selam. TNI AU pun meningkatkan penjagaan dengan membeli
pesawat Amfibi untuk patroli di laut Indonesia.
Upaya tersebut adalah
langkah-langkah yang diterapkan untuk mewujudkan Indonesia sebagai poros
maritim dunia. Tantangan sekaligus peluang yang dihadapi berupa derasnya arus
globalisasi serta perubahan paradigma sektor industri dunia. Sudah banyak
industri yang berskala global, sehingga Indonesia sudah harus siap dengan
sumber daya manusia dan teknologinya untuk menerima kapal-kapal luar negeri.
Referensi :
http://www.republika.co.id/berita/koran/pareto/14/12/05/ng3i0g33-membangun-poros-maritim
---
Fanny Zafira (39843)
---
Fanny Zafira (39843)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar