sumber : |
SAMUDRA HINDIA
Sebagai
Negara kepulauan terbesar di dunia, laut adalah masa depan bagi ekonomi
Indonesia. Laut telah menyedia berbagai potensi seperti ikan, mineral, minyak,
gas, dan lain-lain yang perlu digarap secara optimal bagi kepentingan bangsa
dan rakyat Indonesia. Luas wilayah laut Tanah Air diapit oleh dua samudra besar
yaitu Samudra Hindia dan Samudra Pasifik.
Samudera Hindia merupakan
samudera kedua terbesar setelah Samudera Pasifik dengan luas sepertujuh
permukaan bumi atau terbentang seluas 73.440.000 kilometer persegi, yang
berbatasan di bagian barat dengan Benua Afrika, bagian utara dengan Benua Asia,
bagian timur dengan Benua Australia serta bagian selatan oleh Benua Antartika.
Jika
diperhatikan batas wilayah Indonesia berdasarkan peta maka hampir sebagian
besar menghadap ke Samudera Hindia dibandingkan Samudera Pasifik. Pantai Barat,
Pantai Selatan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia, hanya Pantai Timur
yang berhadapan dengan Samudera Pasifik. Samudra Hindia mengandung 65 persen minyak
mentah dunia, 53 persen gas alam, 80,7 persen emas, 55 persen timah, dan 77,3
persen karet alam. Selain itu, terdapat potensi perikanan berupa tuna sirip biru
yang harga per ekornya mencapai sekitar Rp250 juta. Samudra Hindia merupakan
salah satu samudra penting yang memberikan banyak harapan dan keanekaragaman
potensi yang belum termanfaatkan bagi Pemerintah Indonesia. Oleh sebab itu,
sudah saatnya menjadikan Samudera Hindia sebagai bagian dari halaman depan
Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperkuat dan meningkatkan kebijakan
pemerintah.
Samudera
Hindia merupakan kawasan penting dimana sekitar 100 ribu kapal melaluinya
sepanjang tahun dengan nilai perdagangan mencapai 1,3 triliun dolar Amerika
Serikat dan pertumbuhan 9,5 persen pertahun. Dirjen Asia Pasifik dan Afrika
Kementrian Luar Negeri Yuri Octavian Thamrin mengatakan saat ini Asia Timur
dimaknai sebagai lokomotif pertumbuhan dunia dengan adanya Tiongkok, Jepang,
dan Korea. Perdagangan dari Asia Timur ke Eropa dan Amerika harus melewati
Samudra Hindia, siapa yang menguasai Samudra Hindia maka akan menguasai jalur energi.
Dalam rangka memaksimalkan pengelolaan Samudra Hindia maka dibentuklah Indian
Ocean Regional Association (IORA) pada Maret 1997, dengan Afrika Selatan,
Australia, India, Kenya, Mauritius, Oman, dan Singapura sebagai Negara pendiri
asosiasi ini.
IORA (INDIAN OCEAN REGIONAL ASSOCIATION)
Sumber : laut.co.id |
IORA adalah organisasi antar
negara yang beranggotakan 20 negara yang terletak di lingkar Samudera Hindia.
IORA didirikan pada Maret 1995 di
Mauritius dengan nama Ocean Rim
Initiative, dan secara resmi diumumkan pada Maret 1997, dengan nama
Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC). Namun
dalam pertemuan COM ke-13 di Perth tahun 2013 berubah nama menjadi “Indian Ocean Rim Association”
(IORA).
Tujuan
didirikannya asosiasi ini adalah untuk mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan
dan pembangunan yang seimbang dari negara-negara di Samudra Hindia. Saat ini
IORA beranggotakan 21 negara yang memiliki prioritas kerja sana pada bidang manajemen
perikanan dan kerja sama di bidang akademik, sains dan teknologi, serta
lainnya. Dua puluh satu negara anggota tersebut diantaranya adalah Indonesia,
Australia, Singapura, Malaysia, Thailand, India, Bangladesh, Sri Lanka, Oman,
Yemen, Iran, UAE, Somalia, Seychelles, Mauritius, Madagascar, Comoros,
Tanzania, Kenya, Mozambique, dan Afrika Selatan. Sementara dua negara lainnya,
yaitu Maldives dan Myanmar diharapkan dalam waktu dekat akan segera bergabung
ke dalam IORA. Disamping itu IORA memiliki enam negara mitra dialog, yaitu
Jepang, AS, Perancis, Inggris, Mesir, dan China.
Indonesia sudah bergabung dengan
IORA dari sejak awal, namun baru pada 2015 ini, sebagaimana telah dinyatakan
oleh Menlu RI Retno, bahwa Indonesia akan menjadi ketua IORA untuk periode dua
tahun (2015 – 2017).
Sesuai
dengan pertemuan Council of Ministers
(COM) IORA ke-14 yang diselenggarakan di Perth pada Oktober 2014 yang lalu,
serah terrima keketuaan IORA akan dilakukan dari Australia kepada Indonesia
dalam COM yang dijadwalkan diselenggarakan pada akhir tahun ini.
MELALUI KEKETUAAN IORA, INDONESIA PERKUAT POROS MARITIM
Sebagai
anggota G-20, Indonesia diyakini akan dapat berperan besar memperkuat kerjasama
IORA di masa datang. Negara-negara anggota
IORA lainya berharap pengalaman dan peran sentral Indonesia di ASEAN sebagai
asosiasi kerjasama Negara-negara berkembang tersukses di planet ini akan dapat
membawa perubahan yang signifikan dalam kerjasama IORA.
Penguatan
poros maritim merupakan satu hal yang akan diangkat Indonesia selama periode
keketuaan dua tahun ke depan. Hal ini dikarenakan 6 prioritas utama IORA
tersebut ternyata tertuang juga dalam komitmen RI untuk menjadi poros maritim. Saat
India menjadi ketua tahun 2011 ada 6 prioritas utama IORA, yaitu keamanan dan
keselamatan maritim, manajemen risiko bencana, perdagangan dan investasi,
perikanan, kerja sama akademik dan iptek, serta pariwisata dan kebudayaan.
Laut
adalah masa depan dan akan menjadi tulang punggung perekonomian di masa yang
akan datang. Semoga keketuaan Indonesia di IORA pada periode 2015 – 2017 akan
sukses membawa gerbong kerjasama yang semakin solid dan dirasakan manfaatnya
oleh semua negara anggota.
IOAF (INDIAN OCEAN ACADEMIC FORUM)
Universitas Bung Hatta (UBH) Padang, Sumatera Barat yang menggagas
pembentukan ‘Indian Ocean Academic Forum’ (IOAF) bersama 16 perguruan tinggi
lainnya di Indonesia. Mereka siap membantu pemerintah merumuskan kebijakan
dalam pengelolaan dan pemanfaatan Samudera Hindia. IOAF organisasi yang
dibentuk untuk mengembangkan pemikiran dan inovasi baru dalam bidang pendidikan
dan penelitian, yang terkait dengan pemanfaatan dan pengelolaan Samudera Hindia
secara optimal dan berkelanjutan. Rektor UBH, Niki Lukviarman,
menjelaskan pendirian IOAF ini erat kaitannya dengan ditetapkannya Indonesia
menjadi Ketua Indian Ocean Rim Association (IORA) periode 2015 hingga 2017.
sumber : |
Forum ini melibatkan 17
perguruan tinggi di Indonesia dan Malasysia, 7 intansi pemerintahan baik pusat
dan daerah serta lembaga swasta lainnya dan didukung oleh tokoh-tokoh nasional
yang menjadi dewan pengarah diantaranya, Prof. Dr. Hasyim Djalal, Prof. Dr.
Emil Salim, Prof. Dr. Ir. Fachri Ahmad, Prof. Dr. Rohmin Dahuri, Prof. dr.
Fasli Jalal, Ph.D, Sp.GK dan lainnya.
Pada pertemuan Pra-Launching
IOAF yang dilaksanakan pada 31 Januari 2015, telah dilaksanakan empat agenda,
yaitu menyusun anggaran dasar organisasi, pembentukan Dewan Eksekutif
organisasi, penyusunan rencana kerja prioritas, dan penyusunan langkah
strategis launching IOAF.
Forum ini diharapkan menjadi
wadah bagi akademisi dalam mewujudkan upaya nyata mendorong program nasional "Menjadikan Indonesia Sebagai Poros
Maritim Dunia" yang dicanangkan Presiden RI Joko Widodo. (39843)
Referensi :
http://beritasore.com/2015/03/12/indonesia-belum-manfaatkan-potensi-samudera-hindia/
http://www.antaralampung.com/berita/280048/dari-samudra-hindia-menuju-poros-maritim-dunia
http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/209-diplomasi-februari-2015/1833-indian-ocean-rim-association-iora-peran-indonesia-memperkuat-kerjasama-di-kawasan-samudera-india.html
http://jurnalmaritim.com/2015/02/ioaf-bantu-pemerintah-rumuskan-pengelolaan-samudera-hindia/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar