Sabtu, 21 Maret 2015

MENILIK EKOSISTEM DAN SUMBER DAYA PESISIR INDONESIA

           Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki 161 juta jiwa atau 60% dari 250 juta penduduk yang tinggal di wilayah pesisir. Perkembangan ekonomi juga berkembang di kawasan pesisir. Sumber daya di kawasan pesisir dibedakan menjadi sumber daya hayati dan sumber daya non hayati.
Kontribusi sumberdaya hayati pesisir saat ini terbanyak untuk memenuhi kebutuhan protein masyarakat dari perikanan pesisir dan laut. Sumber daya hayati adalah sumber daya alam yang berasal dari makhluk hidup. Di wilayah pesisir sumber daya tersebut antara lain berasal dari ekosistem mangrove, ekosistem lamun (seagrass), ekosistem terumbu karang, dan estuaria. Masing-masing ekosistem tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda, berikut penjelasannya :

MANGROVE

sumber : www.sciencenutshell.com 

Hutan mangrove adalah hutan yang terdapat di daerah pantai yang selalu atau secara teratur tergenang air laut dan terpengaruh oleh pasang surut air laut tetapi tidak terpengaruh oleh iklim. Sedangkan daerah pantai adalah daratan yang terletak di bagian hilir Daerah Aliran Sungai (DAS) yang berbatasan dengan laut dan masih dipengaruhi oleh pasang surut, dengan kelerengan kurang dari 8% (Departemen Kehutanan, 1994 dalam Santoso, 2000).
Menurut Nybakken (1992), hutan mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu varietas komunitas pantai tropik yang didominasi oleh beberapa spesies pohon-pohon yang khas  atau semak-semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh dalam perairan asin. Hutan mangrove meliputi pohon-pohon dan semak yang tergolong ke dalam 8 famili, dan terdiri atas 12 genera tumbuhan berbunga :  Avicennie,  Sonneratia,  Rhyzophora,  Bruguiera,  Ceriops,  Xylocarpus, Lummitzera, Laguncularia, Aegiceras, Aegiatilis, Snaeda, dan Conocarpus (Bengen, 2000). Ekosistem mangrove dikategorikan sebagai ekosistem yang tinggi produktivitasnya (Snedaker, 1978) yang memberikan kontribusi terhadap produktivitas ekosistem pesisi (Harger, 1982).


Ciri ekologik lingkungan ekosistem mangrove :
1.      Ekosistem mangrove hanya didapati di daerah tropik  dan sub-tropik.
2.      Jenis tanahnya berlumpur, berlempung atau berpasir dengan bahan-bahan yang  berasal dari lumpur, pasir atau pecahan karang;
3.      Lahannya tergenang air laut secara berkala, baik setiap hari maupun hanya tergenang pada saat pasang purnama. Frekuensi genangan ini akan menentukan komposisi vegetasi ekosistem mangrove itu sendiri;
4.      Menerima pasokan air tawar yang cukup dari darat (sungai, mata air atau air tanah) yang berfungsi untuk menurunkan salinitas, menambah pasokan unsur hara dan lumpur;
5.      Suhu udara dengan fluktuasi musiman tidak lebih dari 5ºC dan suhu rata-rata di bulan terdingin lebih dari 20ºC;
6.      Airnya payau dengan salinitas 2-22 ppt atau asin dengan salinitas mencapai 38 ppt;
7.      Arus laut tidak terlalu deras;
8.      Tempat-tempat yang terlindung dari angin kencang dan gempuran ombak yang kuat;
9.      Topografi pantai yang datar/landai.
Habitat dengan ciri-ciri ekologik tersebut umumnya dapat ditemukan di daerah-daerah pantai yang dangkal,  muara-muara sungai dan pulau-pulau yang terletak pada teluk.


Fungsi Fisik Hutan Mangrove
1.      Sebagai penjaga garis pantai juga tebing sungai agar terhindar dari erosi atau abrasi.
2.      Memacu percepatan perluasan lahan dan pengolahan limbah organik.
3.      Mengendalikan intrusi dari air laut, dan sebagai penghalang terhadap erosi air laut.
4.      Berperan sebagai pelindung daerah belakang hutan mangrove dari pengaruh buruk hempasan gelombang juga angin yang kencang.
5.      Sebagai kawasan penyangga dari rembesan air lautan.
6.      Sebagai pusat pengolahan limbah organik.

Fungsi Ekonomis Hutan Mangrove
1.      Sebagai sumber kayu untuk bahan bakar juga bahan bangunan bagi manusia (penghasil keperluan rumah tangga).
2.      Sebagai penghasil beberapa unsur penting seperti obat-obatan, minuman, makanan, tannin juga madu (penghasil keperluan industry).
3.      Sebagai lahan untuk produksi pangan.
4.      Penghasil bibit.

Fungsi Biologis Hutan Mangrove
1.      Sebagai tempat untuk mencari makanan (feeding ground), tempat memijah (spawing ground), tempat untuk berkembang-biak berbagai organisme seperti ikan, udang dan lain-lain.
2.      Sebagai salah satu sumber plasma nutfah.
3.      Membantu kesuburan tanah, sehingga segala macam biota perairan dapat tumbuh dengan subur sebagai makanan alami ikan dan binatang laut lainnya;
           
PADANG LAMUN (SEAGRASS)

            Padang lamun (seagrass bads) merupakan salah satu ekosistem yang terletak didaerah pesisir. Lamun (segrass) tumbuh di perairan dangkal yang agak berpasir ataupun estuaria. Sering pula dijumpai di terumbu karang. Lamun adalah tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) dari kelas angiospermaea.

sumber : www.lintas.me



Tumbuhan ini telah menyesuaikan diri untuk hidup terbenamdi dalam laut terdiri atas rhizome, daun dan akar. Rhizome merupakan batang yangterbenam dan merayap secara mendatar dan berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh batang pendek yang tegak ke atas, berdaun dan berbunga. Dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan tersebut dapat menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut hingga tahan terhadap hempasan gelombang dan arus. System pembiakan lamun melalui penyerbukan di dalam air (hydrophilous pollination)
            Pertumbuhan lamun cepat, kurang lebih 1.300 – 3.000 gr berat kering/m2/th. Padang lamun ini mempunyai habitat dimana tempatnya bersuhu tropis atau subtropics. Lamun hidup di perairan yang dangkal dan jernih, dengan sirkulasi air yang baik, serta masih terjangkau sinar matahari. Air yang bersirkulasi diperlukan untuk menghantarkan zat-zat hara dan oksigen, serta mengangkut hasil metabolisme lamun ke luar daerah padang lamun.
Di seluruh dunia diperkirakan terdapat sebanyak 52 jenis lamun, di mana di Indonesia ditemukan sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam dua family (Hydrocharitaceae, dan Potamogetonaceae). Jenis yang membentuk komunitas padang lamun tunggal, antara lain: Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Cymodocea serrulata, dan Thallassodendron ciliatum.
Padang lamun merupakan ekosistem yang tinggi produktivitas organiknya, dengan keanekaragaman biota yang juga cukup tinggi. Pada ekosistem ini hidup beraneka ragam biota laut seperti ikan, krustasea, moluska (Pinna sp., Lambis sp., Strombus sp.), Ekinodermata (Holothuria sp., Synapta sp., Diadema sp., Archaster sp., Linckia sp.), dan cacing Polikaeta.

Ciri binatang yang hidup di padang lamun:
1.      Yang hidup di daun lamun
2.      Yang makan akar canopy daun
3.      Yang bergerak di bawah canopy daun
4.      Yang berlindung di daerah padang lamun

Fungsi Ekologis Padang Lamun :
1.      Produsen detritus dan zat hara.
2.      Mengikat sedimen dan menstabilkan substrat yang lunak, dengan sistem perakaran yang padat dan saling menyilang.
3.      Sebagai tempat berlindung, mencari makan, tumbuh besar, dan memijah bagi beberapa jenis biota laut, terutama yang melewati masa dewasanya di lingkungan ini.
4.      Sebagai tudung pelindung yang melindungi penghuni padang lamun dari sengatan matahari.

Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap distribusi dan kestabilan ekosistem padang lamun
1.      Kecerahan
   Lamun membutuhkan intensitas cahaya yang tinggi untuk proses fotosintesa dan  jika suatu perairan mendapat pengaruh akibat aktivitas pembangunan sehingga meningkatkan sedimentasi pada badan air yang akhirnya mempengaruhi turbiditas maka akan berdampak buruk terhadap proses fotosintesis. Kondisi ini secara luas akan mengganggu produktivitas primer ekosistem lamun.
2.      Temperatur
    Secara umum ekosistem padang lamun ditemukan secara luas di daerah bersuhu dingin dan di tropis. Hal ini mengindikasikan bahwa lamun memiliki toleransi yang luas terhadap perubahan temparatur. Kondisi ini tidak selamanya benar jika kita hanya memfokuskan terhadap lamun di daerah tropis karena kisaran lamun dapat tumbuh optimal hanya pada temperatur 28-300C. Hal ini berkaitan dengan kemampuan proses fotosintesis yang akan menurun jika temperatur berada di luar kisaran tersebut.
3.      Salinitas
     Kisaran salinitas yang dapat ditolerir lamun adalah 10-40‰ dan nilai optimumnya adalah 35‰. Penurunan salinitas akan menurunkan kemampuan lamun untuk melakukan fotosintesis. Toleransi lamun terhadap salinitas bervariasi juga terhadap  jenis dan umur. Lamun yang tua dapat mentoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Salinitas juga berpengaruh terhadap biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar daun dan kecepatan pulih. Sedangkan kerapatan semakin meningkat dengan meningkatnya salinitas.
4.      Substrat
   Padang lamun hidup pada berbagai macam tipe sedimen, mulai dari lumpur sampai karang. Kebutuhan substrat yang utama bagi pengembangan padang lamun adalah kedalaman sedimen yang cukup. Peranan kedalaman substrat dalam stabilitas sedimen mencakup 2 hal yaitu : pelindung tanaman dari arus laut dan tempat pengolahan dan pemasok nutrien.
5.      Kecepatan arus
      Produktivitas padang lamun dipengaruhi oleh kecepatan arus.

TERUMBU KARANG
Ekosistem terumbu karang merupakan ekosistem dengan tingkat keanekaragaman tinggi dimana di Indonesia ada sekitar 18% terumbu karang dunia, dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (lebih dari 18% terumbu karang dunia, serta lebih dari 2500 jenis ikan, 590 jenis karang batu, 2500 jenis Moluska, dan 1500 jenis udang-udangan) merupakan ekosistem yang sangat kompleks.
Dapat hidup pada kedalaman hingga 50 meter, memerlukan intensitas cahaya yang baik untuk dapat melakukan proses fotosintesis, salinitas 30-35ppt merupakan syarat batas untuk terumbu karang dapat hidup disuatu perairan. Selain berfungsi sebagai tempat tinggal banyak biota, letaknya yang berada diujung/bibir pantai juga bermanfaat sebagai pemecah gelombang alami. Keindahannya dengan warna-warni ikan dan karang membuat terumbu karang dapat menjadi obyek wisata air, baik snorkeling ataupun selam.
        Di dalam ekosistem ini banyak ditemukan cangkang coelenterata yang telah mati yang menyusun batu karang. Cangkang yang mati beserta hewan-hewan air selurunya disebut sebagai terumbu karang. Syarat hidup binatang karang adalah air lautnya jernih, arus dan gelombang kecil, serta lautnya dangkal. Didalamnya hidup berbagai macam biota laut seperti coelenterata, cacing, Mollusca (siput, kerang), Enchinodemata, Athropoda dan berbagai jenis ikan berwarna-warni. Binatang-binatang tersebut memiliki nilai ekonomi yang tinggi.

sumber : duniakopipes.blogspot.com 
Manfaat terumbu karang :
1.      Jika dilihat dari sudut pandang ekonomi, ekosistem terumbu karang sangat penting sebab mempunyai nilai estetika juga keanekaragaman biota yang sangat tinggi. Dengan demikian, potensi ekosistem terumbu karang sebagai salah satu sumber makanan bagi manusia sangatlah tinggi. Tak hanya itu, ia juga bisa dijadikan obat untuk menanggulangi beberapa penyakit tertentu.
2.      Dari kacamata ekologis, ekosistem terumbu karang juga sangat penting sebab ia mampu menjaga keseimbangan lingkungan serta menyumbangkan keseimbangan fisik yakni dengan menekan arus kuat gelombang sehingga ia bisa mereduksi potensi abrasi.
3.      Secara sosial ekonomi, ekosistem terumbu karang merupakan sumber perikanan yang sangat produktif dengan demikian ia mampu meningkatkan pemasukan para nelayan dalam skala kecil, untuk penduduk di wilayah pesisir dan menjamin kesejahteraan Negara dalam skala yang lebih luas.

ESTUARIA
Ekosistem estuari adalah ekosistem perairan semi-tertutup yang memiliki badan air dengan hubungan terbuka antara perairan laut dan air tawar yang dibawa oleh sungai. Percampuran ini terjadi paling tidak setengah waktu dari setahun. Pada wilayah tersebut terjadi percampuran antara masa air laut dengan air tawar dari daratan, sehingga air menjadi payau (brackish).

sumber : balitbangda.kutaikartanegarakab.go.id
Wilayah ini meliputi muara sungai dan delta-delta besar, hutan mangrove dekat estuari dan hamparan lumpur dan pasir yang luas. Wilayah ini juga dapat dikatakan sebagai wilayah yang sangat dinamis. Karena selalu terjadi proses dan perubahan baik lingkungan fisik maupun biologis. Sehingga estuari memiliki sifat yang unik akibat adanya percampuran antara massa air laut dan tawar membuat tingkat salinitas yang dimiliki dapat berubah-ubah atau memiliki fluktuasi tersendiri. Berubahnya salinitas estuari dapat dipengaruhi oleh adanya pasang surut air dan musim. Selama musim kemarau, volume air sungai yang masuk berkurang, sehingga air laut dapat masuk sampai ke daerah yang lebih tinggi atau hulu dan menyebabkan salinitas yang dimiliki wilayah estuari meningkat. Sebaliknya yang terjadi apabila pada musim penghujan air tawar yang masuk dari hulu ke wilayah estuari meningkat sehingga salinitas yang dimiliki rendah (Barus, 2002).

Fungsi ekologis estuaria
1.      Sebagai sumber zat hara dan bahan organik yang diangkut lewat sirkulasi pasang-surut (tidal circulation).
2.      Penyedia habitat bagi sejumlah spesies hewan (ikan, udang) yang bergantung pada estuaria sebagai tempat berlindung dan tempat mencari makanan (feeding ground).
3.      Sebagai tempat untuk bereproduksi dan/atau tempat tumbuh besar (nursery ground) terutama bagi sejumlah spesies ikan dan udang.

Pemanfaatan estuaria
1.      Sebagai tempat pemukiman.
2.      Sebagai tempat penangkapan dan budidaya sumberdaya ikan.
3.      Sebagai jalur transportasi.
4.      Sebagai pelabuhan dan kawasan industri.

Karakteristik fisik
1.      Salinitas. Estuaria memiliki gradien salinitas yang bervariasi, terutama bergantung pada masukan air tawar dari sungai dan air laut melalui pasang-surut. Variasi ini menciptakan kondisi yang menekan bagi organisme, tapi mendukung kehidupan biota yang padat dan juga menangkal predator dari laut yang pada umumnya tidak menyukai perairan dengan salinitas yang rendah.
2.      Substrat. Sebagian besar estuaria didominasi oleh substrat berlumpur yang berasal dari sedimen yang dibawa melalui air tawar (sungai) dan air laut. Sebagian besar partikel lumpur estuaria bersifat organik, sehingga substrat ini kaya akan bahan organik. Bahan organik ini menjadi cadangan makanan yang penting bagi organisme estuaria.
3.      Sirkulasi air. Selang waktu mengalirnya air dari sungai ke dalam estuaria dan masuknya air laut melalui arus pasang-surut menciptakan suatu gerakan dan transport air yang bermanfaat bagi biota estuaria, khususnya plankton yang hidup tersuspensi dalam air.
4.      Pasang-surut. Arus pasang-surut berperan penting sebagai pengangkut zat hara dan plankton. Di samping itu arus ini juga berperan untuk mengencerkan dan menggelontorkan limbah yang sampai di estuaria.
5.      Penyimpanan zat hara.  Peranan estuaria sebagai penyimpan zat hara sangat besar. Pohon mangrove dan lamun serta ganggang lainnya dapat mengkonversi zat hara dan menyimpannya sebagai bahan organik yang akan digunakan kemudian oleh organisme hewani.

SUMBER DAYA NON HAYATI
Sedangkan sumber daya non hayati terdiri atas air laut, endapan logam, energi, arus dan gelombang. Potensi lautan tersebut tersebar dalam bentuk sumber daya minyak dan gas bumi dan berbagai jenis mineral.
Lautan Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai energi alternatif pengganti sumber energi listrik. Pengembangan energi listrik tersebut berasal dari potensi elevasi pasang surut, perbedaan temperatur, arus, gelombang, dan angin di tepi pantai Indonesia. Wilayah perairan Indonesia memiliki arus laut yang kuat sehingga menyimpan potensi yang dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk membangkitkan energi listrik tersebut.

Daerah Potensial Energi Listrik Berbasis Arus Laut Indonesia
Untuk energi gelombang, bagian selatan Jawa dan bagian barat Sumatera merupakan tempat potensi gelombangnya cukup besar untuk dikembangkan, karena wilayahnya yang langsung menghadap ke laut lepas, yaitu Samudera Hindia.
 Untuk energi dari elevasi pasang surut, daerah paling potensial terdapat di Malaka dan Digul.
Sedangkan untuk pembangkit dari potensi suhu atau lebih dikenal sebagai Ocean Thermal Energy Conversion (OTEC), Indonesia berpotensi di daerah perairan Bali, Sulawesi hingga perairan Papua. Hal ini terjadi karena Indonesia bagian barat memiliki lautan yang dangkal sehingga perbedaan suhunya tidak cukup signifikan, berbeda dengan perairan di daerah timur Indonesia yang kedalamannya cukup besar.
Sementara potensi angin pesisir tersebar di daerah selatan Jawa dan Nusa Tenggara Barat.
Sedangkan untuk potensi energi arus tersebar di daerah selat Indonesia. Selat-selat tersebut berpotensi menghasilkan energi arus karena intensitasnya yang relatif besar, serta didukung oleh ketersediaan air laut yang luas dibandingkan negara lain. Sebut saja Selat Malaka, Laut Jawa, Selat Makassar, Selat Lombok, dan perairan sekitar Kepulauan Lesser Sunda. Selat-selat tersebut memiliki nilai rapat daya yang cukup besar, yaitu berkisar antara 0,06 - 64 kW per meter kubik.



Referensi         :
http://www.kehati.or.id/id/ekosistem-pesisir-dan-pulau-pulau.html
http://terangi.or.id/index.php?option=com_content&view=article&id=153%3Aekosistem-pesisir-dan-pengelolaannya-di-indonesia&catid=72%3Asains&Itemid=52&lang=id
https://hendrasurianta.wordpress.com/2010/03/31/ekosistem-mangrove/
http://ekosistem-ekologi.blogspot.com/2013/02/berkenalan-dengan-ekosistem-mangrove.html
http://www.academia.edu/3304813/Ekosistem_Padang_Lamun
https://perikananunila.wordpress.com/2009/07/31/ekosistem-lamun/
http://ekosistem-ekologi.blogspot.com/2013/02/uniknya-ekosistem-terumbu-karang.html
https://perikananunila.wordpress.com/2009/07/31/ekosistem-estuarine/
http://www.itb.ac.id/news/4475.xhtml

(39843)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar